Jumat, 27 April 2012

Rancangan Mini Proyek


Topik                     : Pendidikan berkebutuhan khusus suatu fenomena
Judul                      :  Anak Berkebutuhan Khusus " Autis "  di Lingkungan  Sekolah Luar Biasa
Pendahuluan     :  
Setelah berdiskusi, akhirnya kami memilih topik ini karena  anak berkebutuhan khusus, misalnya anak Autis, yaitu adanya abnormalitas pada perkembangan pada interaksi social dan komunikasi  diperlakukan sama dengan anak normal lainnya, membeda-bedakan anak berkebutuhan khusus masih banyak terjadi di daerah-daerah di Indonesia, khususnya di daerah yang jauh dari kota. Jika diberi kesempatan, mereka bisa percaya diri dan berprestasi, justru juga lebih bisa berprestasi di bandingkan anak normal lainnya. Oleh karena itu kami ingin mengetahui bagaimana proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa, yang merupakan salah satu wadah ataupun tempat yang berperan dalam mengembangkan berbagai aspek kehidupannya dan juga prestasinya.

Landasan Teori

            Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang artinya diri yang tidak berdaya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin (2001), ada tiga pengertian autisme :
1.      cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri.
2.      menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan  menolak realitas.
3.      keasyikkan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya autisme, yaitu: faktor genetik, faktor hormonal, kelainan pranatal, proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang diderita sang ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak terganggu.
Pada sebagian anak gejala autisme sudah nampak semenjak lahir, namun sebagian pula sempat mengalami perkembangan sebagai anak normal, dan akhirnya perkembangannya itu berhenti sebelum mencapai usia 3 tahun. Gejala autis sangat terlihat jelas ketika anak berusia 3 tahun. Hal yang menarik lainnya dari autisme yaitu gejala ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan perbandingan 3:1.
Teori Psikososial
            Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai penyebab autisme: orangtua yang emosional, kaku, dan obsessif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme. Menurut Bruno Bettelheim, perilaku orangtua dapat menimbulkan perasaan terancam pada anak-anak. Teori-teori ini pada 1950-1960 sempat membuat hubungan dokter dengan orangtua mengalami krisis dan menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada para orangtua yang telah cukup berat bebannya dengan mengasuh anak dengan autisme.
Sumber lain menyebutkan Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi social dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder kadang-kadang dianggap early infantile autism, childhood autism, atau Kanner’s autism (American Psychiatric Association, h. 70, 2000).     Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar, memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused). Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa-tawa tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.


World Health Organization's International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikan autisme (dalam hal ini khusus childhood autism) sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu interkasi social, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang (World Health Organozation, h. 253, 1992). WHO juga mengklasifikasikan autisme sebagai gangguan perkembangan sebagai hasil dari gangguan pada system syaraf pusat manusia. Autisme dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui pada minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas social ekonomi maupun pada semua etnis dan ras. Penderita autisme sejak awal kehidupan tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa. Delapan puluh persen anak autis memiliki IQ dibawah 70 (Davison, h. 436-437, 1998) yang bisa digolongkan juga sebagai retardasi mental.

Akan tetapi autisme berbeda dengan retardasi mental. Penderita retardasi mental menunjukkan hasil yang memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah tes inteligensi. Berbeda dengan penderita autis, mereka mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal yang berhubungan dengan bahasa tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik pada kemampuan visual-spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term memory yang baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi. Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autisme mempunyai harapan untuk menjadi normal dengan diberikannya pendidikan yang tepat sedini mungkin, yaitu pada masa kanak-kanak awal.




Alat dan Bahan

·  Dengan Observasi terhadap anak dan wawancara terhadap guru
·  Kamera
·  Alat tulis

Kalkulasi perkiraan biaya
·  Video             : Rp. 15.000
·  Transportasi   : Rp. 30.000

Total perkiraan biaya            : Rp. 45.000
Jadwal pelaksanaan  : 01 Mei s/d selesai

Selasa, 24 April 2012

Teknologi dan Pendidikan

Anggota:





1. Persinggungan antara teknologi dan pendidikan:
   Persinggungan bisa kita lihat dari bagaimana pendidikan menggunakan teknologi sebagai sarana bantu dalam proses belajar, contohnya proses mengajar di Sekolah Dasar (SD) yang sudah menggunakkan bantuan teknologi audio visua (video, proyektor) sehingga para murid dapat lebih memahami bagaimana wujud nyata dari suatu pelajaran. Begitu juga, tingkat SMP menggunakan teknologi tersebut dalam pelajaran Fisika atau BIologi sehingga dapat melihat kasus yang terjadi lebih nyata dibandingkan hanya melihatnya di buku cetak.
   Teknologi juga membantu pendidikan dalam mengarahkan agar siswa-siswi lebih kreatif dan berwawasan luas.Contohnya adalah internet, apabila siswa diberikan tugas, siswa dapat mencari di internet, dimana internet berisi begitu banyak informasi yang dapat memenuhi kriteria jawaban dari tugas tersebut dan caranya jauh lebih mudah dibandingkan dengan cara belajar tradisional (hanya mencari di buku misalnya). 
    Dan penggunaan teknologi lainnya adalah laboratium bahasa, dimana dengan teknologi ini para murid lebih nyaman dalam belajar bahasa karena memang ruangannya dilengkapi dengan fasilitas khusus untuk belajar suatu bahasa.

2. Penggunaan internet berdasarkan grade dan bagaimana perbandingannya dengan di Indonesia, terutama di Medan:
     Pada TK-grade 2, murid masih mulai belajar menggunakkan alat input, buku interaktif, dan pada grade 3-5 para murid sudah menggunakkan keyboard, alat input maupun output secara efektif, grade 6-8 sudah mengaplikasikan strategi untuk mengidentifikasi dan memecahkan problem hardware dan software yang muncul dalam pengunaan sehari-hari. Sedangkan pada grade 9-12 lah sudah menggunakkan informasi online secara rutin.
     Sedangkan di Indonesia, terutama di Medan dan menurut pengalaman kami sendiri, pengenalan komputer memang baru dimulai pada grade 3-6 dan belum terlalu dipergunakan. Pada grade 7 lah baru komputer digunakan secara efektif dan internet diperkenalkan. Tetapi internet belum dijadikan hal utama. Pada grade 10-12 lah baik komputer maupun internet digunakan secara rutin dan efektif.

3. Ubiquitous computing itu apa dan apa yang kita lihat sebagai mahasiswa yang sedang memahami psikologi pendidikan?
    Ubiquitous computing adalah dunia pasca-PC dimana akan ada teknologi lain yang sudah bisa menggantikan PC dimana perangkat tersebut portable dan sudah memiliki internet sehingga kita bisa mengakses informasi dimanapun kita berada tanpa harus menggunakkan PC. 
    Dan menurut kami hal ini adalah hal yang bagus dalam dunia pendidikan sehingga para siswa akan begitu mudah mencari/mendapatkan informasi dimanapun mereka membutuhkannya. Meskipun di Indonesia kita masih dalam masa transisi, tapi pasti akan ada masa ubiquitous computing itu di Indonesia secara penuh.

Senin, 09 April 2012

Tugas Kelompok Psikologi Sekolah


Tugas Kelompok Psikologi Sekolah


     Hasil Diskusi Kelompok kami :




     Kedudukan Psikologi Sekolah dalam Ilmu Psikologi

Psikologi sekolah merupakan bagian dari ilmu Psikologi yang berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak. Psikologi sekolah berpusat pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral.
              Psikologi sekolah juga berperan dalam Pelaksanaan tes yaitu  Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa, Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya, dan  Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa. Praktisi di sekolah diidentifikasi sebagai psikolog sekolah.

Perbedaan Psikologi Pendidikan dengan Psikologi Sekolah


Pada dunia barat Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah merupakan spesialisasi dari jenis profesi psikolog yang ada. Istilah Psikolog Sekolah kurang terkenal di-Indonesia, sedangkan di dunia barat Istilah ini cenderung lebih dikenal oleh masyarakat sana.
Hal ini dikarenakan belum adanya spesialisasi dalam bidang Psikologi Pendidikan seperti Psikologi Sekolah. Psikolog Sekolah merupakan profesi dengan area kerja yang lebih sempit jika dibandingkan dengan Psikolog Pendidikan. Pada praktisnya dilapangan para psikolog itu sendiri masih menganggap bahwa Psikologi Sekolah adalah kavelingnya Fakultas Ilmu Pendidikan. Ruang lingkup kerja Psikolog Pendidikan seharusnya dikhususkan untuk Fakultas Ilmu Pendidikan.
Secara tradisional, psikolog yang bekerja di bidang pendidikan dibedakan atas Psikolog Sekolah dan Psikolog Pendidikan. Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah dikatakan tidak memiliki banyak perbedaan fungsi dan persiapan pendidikan. Peran Psikolog Sekolah lebih ditekankan sebagai ahli psikologi sekolah (school psychologist), ahli psikologi masyarakat (community psychologist), dan sebagai guru bidang studi Psikologi Pendidikan. Terdapat penekanan fungsi peran psikolog sekolah pada tercapainya tujuan pendidikan di sekolah itu sendiri. melakukan diagnostik dalam arti luas, pelaksanaan tes; melakukan wawancara dengan siswa,guru, orangtua dan orang lain yang terlibat dan mempengaruhi pendidikan siswa; observasi dilingkungan sekolah; serta mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Dan bila Psikolog Sekolah adalah ahli yang menerapkan profesi psikologi di sekolah, maka Psikolog Pendidikan kebanyakan bekerja di fakultas dalam lingkungan universitas atau dilembaga penelitian seperti balitbang dan lembaga pendidikan dan latihan (Diklat). Dan lebih berfokus kepada riset pendidikan dan pengembangan metode belajar yang meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.

Fungsi Sekolah Sebagai Agen Perubahan
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa sekolah merupakan wadah yang berpengaruh dengan signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat, khusunya siswa siswi dalam mencapai suatu tujuan untuk perubahan pengetahuan, cara berpikir, pola hidup, kebiasaan, tata cara pergaulan, dan masih banyak lagi.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan yaitu sekolah harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala hal tersebut. Dalam hal ini sekolah memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian sebagai agen perubahan sekolah berfungsi sebagai alat:
1)      Pengembangan pribadi
2)      Pengembangan warga
3)      Pengembangan Budaya
4)      Pengembangan bangsa



 

Metode yang dapat digunakan dalam Sistem Pengajaran di Sekolah


·        Metode Belajar Mengajar ‘Ceramah’

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seseorang guru terhadap kelasnya. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan. Metode ceramah adalah metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak di gunakan guru dalam dunia pendidikan.

·        Metode Belajar Mengajar ‘Tanya Jawab’

Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya. Metode ini banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dan metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan- kekurangan pada metode ceramah, dikarenakan apabila suatu penjelasan guru yang belum dimengerti, maka siswa/anak didik dapat langsung menanyakan pada guru.

·        Metode Belajar Mengajar ‘Pemberian Tugas’

Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam hal ini guru memberikan tugas pada murid untuk maju ke depan kelas untuk medemonstrasikan apa yang diajarkan guru. Dalam pendidikan agama sering digunakan metode ini terutama dalam hal yang bersifat praktis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang materi pelajaran yang telah diterimanya.




·        Metode Belajar Mengajar ‘Demostrasi/Praktek’
Metode Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang bersifat praktis, misalnya : Bagaimana cara yang benar dalam melaksanakan ibadah sholat, baik cara memulai, mengerjakan maupun cara mengakhiri shalat serta apa saja yang disunnahkan dan membatalkannya.

Permasalahan yang Terjadi di Sekolah dan Solusi Pemecahan Masalah
Malas belajar masih menjadi masalah di lingkungan sekolah banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya adalah jenuh dengan pelajararan di sekolah, menghindari tugas yang banyak, tidak suka dengan guru yang mengajar, dan sebagainya.  Masalah lain yaitu, keterlambatan siswa hadir di sekolah.
Solusinya :  
·        Guru menciptakan suasana baru yang lebih menyenangkan dalam proses belajar mengajar, seperti games yang berkaitan dengan pelajaran tersebut.
·        Jika memberikan tugas yang banyak, guru sebaiknya memberikannya dalam bentuk kelompok yang anggotanya dipilih dengan sesuai.
·        Jika jam pelajaran yang panjang membuat siswa jenuh guru dapat membuat proses belajar lebih rileks dengan cara belajar di luar kelas,seperti taman sekolah.

Peran Psikolog Sekolah
  • Pelaksanaan tes 
  • Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa 
  • Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya 
  • Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Hal- Hal yang diberikan dalam Kaitannya dengan Layanan Psikolog Sekolah

  • Tingkat Pelayanan
Fungsi psikolog sekolah dalam hal ini mencakup tiga tingkat,yaitu:
1.      Tingkat psikodiagnostik à tujuannya adalah membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan mental yang dihadapi anak didik.
2.      Tingkat klinis dan konseling à menyadari bahwa pelayanan dalam masyarakat tidak selalu memberikan intervensi langsung bila dibutuhkan,psikolog sekolah terpanggil membantu dalam konseling siswa-siswa dan orangtua mereka dalam berbagai bentuk intervensi langsung lainnya.
3.      Tingkat industri dan organisasi à psikolog sekolah juga terlibat dalam tindakan-tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program dan pelayanan di sekolah.
  • Kegiatan Profesional
Pada dasarnya ada lima tugas pokok yang dapat dijalankan oleh psikolog sekolah untuk suatu lembaga pendidikan.Tugas pokok tersebut adalah: diagnosis,intervensi langsung,konsultasi,pendidikan,serta evaluasi dan pelacakan kembali(terhadap hasil penanganan).
  • Klien Langsung
Ada paling sedikit 7 macam klien langsung,yaitu murid secara perorangan,kelompok murid,murid per kelas,guru secara perorangan,kelompok guru,tenaga administrasi,maupun pendidikan sebagai suatu sistem sosial dengan seluk beluk pelaksanaannya.Bila klien yang ditangani adalah sistem pendidikan (misalnya perbaikan sistem),maka yang mendapat manfaat dari pelayanan tersebut adalah seluruh sivitas sekolah,yang tercakup didalamnya murid-murid.
  • Tingkat Program Pendidikan
Dalam masing-masing tingkat program pendidikan ini,aspek-aspek kerumitan yang berupa tingkat kognisi,bentuk tugas-tugas mengajar,organisasi sekolah dan pengelompokkan murid,serta ciri khas tugas perkembangan dalam masyarakat manusia-manusianya,berinteraksi dan menghasilkan klien-klien yang berbeda kebutuhan psikologiknya,serta berbeda pula harapan dan peran pelayanan psikologik yang diinginkan.
  • Kekhasan Lingkungan Masyarakat dan Sekolah
Variasi lain fungsi dan tanggung jawab seorang psikolog sekolah tergantung pada ciri-ciri khas,formal-informal,sumber dana sekolah,daerah lokasi sekolah,maupun suku/agama/ras/golongan yang memanfaatkan jasa psikolog sekolah ini.Tugas psikolog sekolah di sekolah dasar luar biasa (SLB) berbeda dengan di sekolah dasar umum (SD).Disamping itu pula tergantung pada yayasan atau orientasi pendidikan sekolah tersebut (misalnya,memiliki cirri keagamaan tertentu,kekhususan tertentu,dan sebagainya).Belum lagi memperhitungkan perubahan-perubahan tata nilai dan mobilitas sosial.


Perbedaan Psikolog Pendidikan, Psikolog Sekolah,dan Guru BK


Psikolog pendidikan adalah orang yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi ke dalam dunia pendidikan. Sedang psikolog sekolah adalah orang yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi pendidikan ke dalam dunia sekolah saja.
Tidak terdapat begitu banyak perbedaan yang signifikan antara psikolog pendidikan dengan psikolog sekolah, karena keduanya bergerak di dalam dunia belajar-mengajar dan memiliki satu tujuan yang sama, yakni untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan.
Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai seorang psikolog pendidikan. Sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai seorang psikolog sekolah. Jadi, seorang psikolog pendidikan tidaklah harus terlibat secara langsung ke dalam semua aktivitas sekolah, karena tugasnya hanya sekadar meneliti dan mengeluarkan sebuah teori. Sedangkan Psikolog sekolah, mereka berkewajiban menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menurutnya dapat mengembangkan potensi sekolahnya, ataupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah terbukti keampuhannya menurut hasil penelitian psikolog pendidikan.
Berbeda dengan psikolog sekolah, seorang psikolog pendidikan tidak hanya bergerak sebatas di dalam ruang lingkup sekolah. Psikolog pendidikan juga bisa bergerak di dalam ruang lingkup sekolah tinggi, depdiknas, dan sebagainya yang mempunyai hubungan dengan dunia pendidikan.

 

GURU BK (BIMBINGAN KONSELING)/BP (BIMBINGAN PENYULUHAN)
Guru bimbingan konseling /konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pembimbingan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan konseling /konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas guru bimbingan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
  1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami serta menilai bakat dan minat.
  2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan, dan bermartabat.
  3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
  4. Pengembangan karir, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Jenis bimbingan adalah sebagai berikut:
  1. Bimbingan orientasi, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan objek-objek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
  2. Bimbingan informasi, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
  3. Bimbingan penempatan dan penyaluran, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler.
  4. Bimbingan penguasaan konten, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan masyarakat.
  5. Bimbingan konseling perorangan, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
  6. Bimbingan bimbingan kelompok, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
  7. Bimbingan konseling kelompok, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
  8. Bimbingan konsultasi, yaitu bimbingan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik



 Demikianlah hasil diskusi kami, jika ada kesalahan mohon dimaafkan..:)




Selasa, 03 April 2012

Tugas Kelompok 15 Genap(masa kanak-kanak)

Tugas Kelompok 15 Genap
11110fathin.blogspot.com

Fungsi Pendidikan Pada Anak Prasekolah
Anak usia dini merupakan aset bangsa yang harus mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang bertanggung jawab. Keberhasilan anak pada usia dini diberbagai negara maju terlihat dari komitmen yang tinggi dari penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah.

Pada usia 3-6 tahun disini lah peran orang tua sangat dibutuhkan karena pada usia dini seorang anak butuh perhatian khusus untuk dapat mengidentifikasi fisiologis si anak,memahami kreativitas si anak, dan memahami kecerdasan si anak pada saat mereka mengalami masa-masa di taman kanak-kanaknya atu play group.


Adapun tujuan pendidikan anak usia dini adalah 
  1. anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan Ciptaan Tuhan  dan mencintai sesama.
  2. anak mampu mengelolah keterampilan tubuh mereka termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik.
  3. anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif.
  4. anak mampu berfikit logis,kritis,memberikan alasan,memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
  5. anak mampu mengenal lingkungan alam,sosial,peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya 
  6. anak memiliki kepekaaan terhadap irama,nada,birama,berbunyi manis,bertepuk tangan serta menghargai hasil karya yang kreatif.
 Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu:
  1.  fungsi fisik.
  2. fungsi kognitif.
  3. fungsi emosi.
  4. fungsi psikososial.
  
 

1.       Perkembangan fisik Anak Prasekolah atau TK 
  •          Perkembangan dan Perubahan Tubuh
   Pada usia 3-6 tahun,seorang anak tumbuh dengan cepat, namun tidak secepat masa sebelumnya. Perkembangan otot dan tulang  (mascular dan skeletal ), membuat anak-anak semakin kuat. 
Tulang muda (cartilage) menjadi tulang (bone) lebih cepat dari sebelumnya, dan tulang menjadi semakin keras dan kuat,memberikan bentuk yang lebih ramping kepada anak serta melindungi bagian dalam. Berbagi perubahan ini , yang dikoordinasi oleh kematangan otak dan sistem saraf, menghasilkan perkembangan berbagi keterampilan motor. Peningkatan kapasitas sistem pernapasan dan peredaran darah membangun stamina fisik, dan bersama dengan pengembangan sistem kekebalan, menjaga anak untuk lebih sehat.

  •          Nutrisi dan Kesehatan Oral
    Anak-anak prasekolah atau TK makan lebih sedikit dibanding proporsi ukuran tubuh mereka dibandingkan dengan bayi. Anak-anak prasekolah atau TK yang diizinkan untuk makan kapan saja mereka lapar dan tidak ditekan untuk memakan apapun yang diberikan kepada mereka lebih cenderung untuk mengatur  pasokan kalori dibandingkan dengan anak yang diberi makan yang sesuai dengan jadwal.

Seiring dengan bergeraknya anak melewati masa prasekolah atau TK, pola makan mereka makin dipengaruhi  oleh lingkungan, seperti oleh orang dewasa. Ketika anak usia 3 tahun hanya akan makan sampai mereka kenyang, anak usia 5 tahun cenderung makan lebih banyak ketika porsi yang lebih banyak diletakkan didepan mereka.

  •       Pola dan Masalah Tidur
Anak kecil  dapat mengembangkan rutinitas yang kompleks agar tidak tidur, dan hal terssebut dapat membuat mereka terjaga lebih lama sebelum akhirnya jatuh tertidur . waktu tidur mungkin memunculkan bentuk separation anxiety , dan anak-anak mungkin akan melakukan semua yang mungkin dapat mereka lakukan untuk menghindarnya. Rutinitas tidur yang konsisten dan regular dapat meminilimasir masalah yang umum terjadi ini.

Anak-anak setelah masa bayi seharusnya tidak ditidurkan sambil menyusui atau diayun karena hal tersebut membuat mereka sulit tidur ( American Academy of Child Adolescent Psychiatry[AACAP], 1997).

  •     Keterampilan Motor

Keterampilan Motor
3 Tahun
4 tahun
5 Tahun
Tidak dapat berbalik atau berhenti secara tiba-tiba  atau cepat.


Dapat melompat dengan jarak lompatan 15 sampai 24 inci.


Dapat menaiki tangga tanpa dibantu,dengan menggunakan satu kaki secara berulang.

Dapat meloncat, menggunakan serangkaian lomaptan irregular dengan tambahan beberapa variasi.
Memiliki untuk berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif.

 Dapat melompat dengan jarak lompatan 24 ke 33 inci.


 Dapat menuruni tangga dengan menggunakan satu kaki secara berulang, jika dibantu.

Dapat melompat satu kaki 4 sampai 6 kali.
Dapat memulai,berbalik, dan berhenti secara efektif dalam permainan.

Dapat melompat dengan berlari dengan jarak lompatan 28 sampai 36 inci.

Dapat menuruni tangga panjang dengan satu kaki secar berulang, tanpa bantuan.

 Dapat melompat sampai 16 kaki dengan mudah.

2.       Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah atau TK
 

  •          Pendekatan Piagetian Anak Prasekolah atau TK
Anak dalam tahap prasekolah atau TK menunjukan beberapa kemajuan penting, sekaligus aspek pemikiran yang belum matang.
Fungsi simbolis memungkinkan anak untuk menggambarkan orang, objek, dan peristiwa yang tidak hadir secar fisik. Hal tersebut ditunjukan dalam defferedimitation , bermain sandiwara, dan bahasa.

Perkembangan simbolis awal membantu tahap praoperasional anak untuk membuat penilaian yang lebih akurat terhadap hubungan spesial. Mereka dapat memahami konsep identitas, menghubungkan sebab dan akibat, mengkategorikan benda hidup dan mati, dan memahami prinsip berhitung.
Anak praoperasional tampaknya kurang egosentris daripada yang dibayangkan oleh piaget.

Teori pikiran yang ditandai perkembnagan pada usia antara 3 dan 5 tahun, mencakup kesadaran akan proses berfikir sang anak sendiri, kognisi sosial, memahami orang bisa memercayai keyakinan yang palsu
 ( false belief ).kemampuan untuk menipu, kemampuan untuk membedakan penampakan dan realita, dan kemammpuan untuk membadakan fantasi dari realita.

  •        Perkembangan Bahasa dan Kemampuan Kognitif Lainya
Sepanjang masa anak prasekolah atau TK, kosakata meningkat dengan cepat, tata bahasa dan sintaksis menjadi cukup rumit. Anak-anak menjadi kompeten dalam pragmatis.

Berbicara sendiri adalah hal yang normal dan mungkin dapat membantu perubahan ke arah regulasi diri dan biasanya akan menghilang pada usia 10 tahun. penyebab perkembangan bahasa yang terlambat masih tidak jelas. Walaupun banyak anak  yang terlambat bicara dapat menyusul ketinggalanya, akan tetapi penanganan  mungki n dibutuhkan untuk menghindari konsekuensi kognitif, sosial dan emosional yang serius. Interaksi dengan orang dewasa dapat memunculakn literasi.

Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik daripada mengingat, akan tetapi kedua kemampuan tersebut meningkat pada amsa kanak-kanak awal. Memori  episodis awal bersifat temporer,memori tersebut kemudian berubah menjadi generik atau menghilang. Emori autobiografis mulai muncul pada usi 3 atau 4 tahun dan mungkin berkaitan dengan kemampuan mengenal diri awal serta perkembangan bahasa.     

3.       Perkembangan Emosi  Anak Prasekolah atau TK
 

Memahami emosi mereka membantu anak untuk memandu perilaku mereka dalam situasi sosial dan untuk berbicara tentang perasaan (Laible & Thompson , 1998). Anak-anak prasekolah atau TK dapat membicarakan emosi mereka dan sering kali dapat membedakan perasaan orang lain, dan mereka paham bahwa emosi  berhubungan dengan pengalaman dan hasyrat (Saarni, Mumme, & Campos, 1998).

 Pada usia 3 tahun, seorang anak akan memahami bahwa jika seseorang mendapatkan apa yang dia inginkan, maka ia akan bahagia dan apabila tidak maka ia akan sedih ( Wellman dan Woolley, 1990), walaupun demikian, mereka masih belum mendapatkan pemahaman penuh terhadap emosi pada diri sendiri seperti rasa malu dan rasa bangga,  dan mereka memiliki kesulitan mendamaikan emosi yang paling berlawanan, seperti merasa bahagia mendapatkan sepeda baru tetapi kecewa karena warna sepeda tersebut tidak seperti yang diharapkan (Kestenbaum & Gelman, 1995).

  •          Emosi yang Diarahkan Kepada Diri
Sebagaimana yang telah kita sebutkan sebelumnya, berbagai emosi yang diarahkan kepada diri sendiri seperti rasa bersalah, rasa malu, dan rasa bangga, biasa dikembangkan pada akhir tahun ketiga, setelah anak mendapatkan kesadaran diri dan menerima standar perilaku yang diterapkan oleh orang tua mereka.  Pelanggaran terhadap standar yang diterima dapat menimbulkan rasa malu atau bersalah, atau keduanya; mematuhi standar juga dapat melahirkan rasa bangga. Bahkan anak yang lebih tua beberapa tahun sering kali kurang memiliki kerumitan kognitif untuk menganalisa emosi ini dan apa menyebabkannya-sebuah langkah wajib untuk mengontrol emosional.

  •        Emosi Simultan
Perbedaan individual dalam memahami emosi yang saling berlawan dapat dibuktikan pada usia 3 tahun, anak usia 3 tahun yang dapat mengidentifikasi apakah sebuah wajah tampak gembira atau sedih dan dapat menjelaskan apa yang dirasakan sebuah boneka yang memainkan peran yang melibatkan perasaan gembira, sedih, takut, atau marah, dapat lebih baik menjelaskan emosi saling berlawanan dalam karakter cerita pada akhir masa taman kanak-kanak. Anak-anak ini cenderung berasal dari keluarga yang sering kali membahas mengapa orang bersikap sebagaimana yang mereka lakukan (J.R Brown & Dunn,1996).

4.       Perkembangan Psikososial Anak Prasekolah atau TK
 

Hubungan saudara kandung dan teman sebaya memberikan kontribusi kepada kemampuan diri. Sebagian besar interaksi saudar kandung bersifat positif. Saudar kandung yang lebih tua cenderung memulai aktivitas, dan yang lebih muda mengikuti. Saudar kandung berjenis kelamin sama, khususnya wanita, tumbuh bersama dngan akur.

Saudara kandung cenderung menyelesaikan perselisihan berdasarkan prinsip moral. Jenis hubungan yang dimiliki si anak dengan saudar kandung sering kali terbawa dalam hubungan dengan teman sebaya. Anak tunggal tampaknya sama baiknya dengan anak dengan saudara kandung.

Anak prasekolah atau TK memilih sahabat dan teman bermain yang mirip dengan diri mereka. Anak yang agresif kurang populer dibandingkan anak yang prososial. Sahabta memiliki interaksi lebih positif atau negatif dibandingkan teman bermain lain.  Pengasuhan dapat memengaruhi kompetensi sosial anak dengan teman sebayanya.






Referensi
Dr.Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta Barat.Macanan Jaya Cemerlang.
Santrock,J.W.2009.Life Span Development(12th Ed).New York:McGraw-Hill Book co.
Papalia & Olds.2004.Human Development.New York:McGraw-Hill Book Co.