Jumat, 27 April 2012

Rancangan Mini Proyek


Topik                     : Pendidikan berkebutuhan khusus suatu fenomena
Judul                      :  Anak Berkebutuhan Khusus " Autis "  di Lingkungan  Sekolah Luar Biasa
Pendahuluan     :  
Setelah berdiskusi, akhirnya kami memilih topik ini karena  anak berkebutuhan khusus, misalnya anak Autis, yaitu adanya abnormalitas pada perkembangan pada interaksi social dan komunikasi  diperlakukan sama dengan anak normal lainnya, membeda-bedakan anak berkebutuhan khusus masih banyak terjadi di daerah-daerah di Indonesia, khususnya di daerah yang jauh dari kota. Jika diberi kesempatan, mereka bisa percaya diri dan berprestasi, justru juga lebih bisa berprestasi di bandingkan anak normal lainnya. Oleh karena itu kami ingin mengetahui bagaimana proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa, yang merupakan salah satu wadah ataupun tempat yang berperan dalam mengembangkan berbagai aspek kehidupannya dan juga prestasinya.

Landasan Teori

            Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang artinya diri yang tidak berdaya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin (2001), ada tiga pengertian autisme :
1.      cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri.
2.      menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan  menolak realitas.
3.      keasyikkan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya autisme, yaitu: faktor genetik, faktor hormonal, kelainan pranatal, proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang diderita sang ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak terganggu.
Pada sebagian anak gejala autisme sudah nampak semenjak lahir, namun sebagian pula sempat mengalami perkembangan sebagai anak normal, dan akhirnya perkembangannya itu berhenti sebelum mencapai usia 3 tahun. Gejala autis sangat terlihat jelas ketika anak berusia 3 tahun. Hal yang menarik lainnya dari autisme yaitu gejala ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan perbandingan 3:1.
Teori Psikososial
            Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai penyebab autisme: orangtua yang emosional, kaku, dan obsessif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme. Menurut Bruno Bettelheim, perilaku orangtua dapat menimbulkan perasaan terancam pada anak-anak. Teori-teori ini pada 1950-1960 sempat membuat hubungan dokter dengan orangtua mengalami krisis dan menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada para orangtua yang telah cukup berat bebannya dengan mengasuh anak dengan autisme.
Sumber lain menyebutkan Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi social dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder kadang-kadang dianggap early infantile autism, childhood autism, atau Kanner’s autism (American Psychiatric Association, h. 70, 2000).     Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar, memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused). Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa-tawa tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.


World Health Organization's International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikan autisme (dalam hal ini khusus childhood autism) sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu interkasi social, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang (World Health Organozation, h. 253, 1992). WHO juga mengklasifikasikan autisme sebagai gangguan perkembangan sebagai hasil dari gangguan pada system syaraf pusat manusia. Autisme dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui pada minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas social ekonomi maupun pada semua etnis dan ras. Penderita autisme sejak awal kehidupan tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa. Delapan puluh persen anak autis memiliki IQ dibawah 70 (Davison, h. 436-437, 1998) yang bisa digolongkan juga sebagai retardasi mental.

Akan tetapi autisme berbeda dengan retardasi mental. Penderita retardasi mental menunjukkan hasil yang memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah tes inteligensi. Berbeda dengan penderita autis, mereka mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal yang berhubungan dengan bahasa tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik pada kemampuan visual-spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term memory yang baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi. Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autisme mempunyai harapan untuk menjadi normal dengan diberikannya pendidikan yang tepat sedini mungkin, yaitu pada masa kanak-kanak awal.




Alat dan Bahan

·  Dengan Observasi terhadap anak dan wawancara terhadap guru
·  Kamera
·  Alat tulis

Kalkulasi perkiraan biaya
·  Video             : Rp. 15.000
·  Transportasi   : Rp. 30.000

Total perkiraan biaya            : Rp. 45.000
Jadwal pelaksanaan  : 01 Mei s/d selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar