MINI PROYEK
TOPIK : Pendidikan Berkebutuhan Khusus suatu Fenomena
Judul : Anak Berkebutuhan Khusus “ Autis “di Lingkungan
Sekolah Luar Biasa
Nama Anggota :
PERENCANAAN
A. Pendahuluan
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang memiliki
gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Anak-anak
ini digolongkan lagi sebagai berikut : gangguan organ indra ( sensory),
gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning
disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gangguan emosional
dan perilaku. Disini kami lebih menyoroti mengenai anak autis.
Banyak wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang
jauh dari pusat kota, di mana sebagian besar penduduknya mungkin belum
mengetahui banyak informasi mengenai Autis. Anak-anak penyandang autis ini
mendapat perlakuan yang tidak selayaknya. Masyarakat memandang anak-anak ini
dengan sebelah mata, anak-anak ini sering dianggap seperti orang gila dan orangtua
dari penyandang autis ini pun sering merasa malu, sehingga anak-anak ini sering
kali diasingkan, ataupun diisolasi oleh orangtuanya. Labeling inilah yang
menghambat proses pengoptimalisasian potensi yang dimiliki anak-anak Autis.
Jika kita lihat di luar negeri, penderita autis ini sangat
diperdulikan dengan semakin dioptimalkannya pendidikan pada anak-anak ini.
Seharusnya dari hal tersebut kita dapat berkaca, dan memperbaiki diri, bahwa
anak-anak ini juga sama, mereka juga punya hak untuk mengecap pendidikan,
karena jika dilihat lagi di Negara kita, pendidikan untuk anak-anak ini masih
lemah, sebab tidak semua masyarakat bisa menyekolahkan anak-anak ini di sekolah
khusus anak berkebutuhan khusus karena terhambat oleh masalah biaya yang
tergolong masih mahal, padahal jika pendidikan ini dioptimalkan, mereka
pun bisa sukses dan berprestasi bahkan melebihi anak normal. Pada kesempatan
kali ini kami melakukan observasi yang akan sangat bermanfaat yaitu bagaimana
anak penderita autis ini sekolah di salah satu sekolah SLB C, dari hasil
observasi yang kami lakukan ini kami berharap kita semua akan sadar bahwa
anak-anak ini juga bisa dan layak untuk mendapatkan perlakuan yang baik serta
pendidikan yang baik. Sudah seharusnya pemerintah juga dapat lebih memperhatikan
keberadaan anak autis di Indonesia dengan memfasilitasi kebutuhan pendidikan
untuk anak autis dengan biaya pendidikan yang terjangkau.
B.
Landasan Teori
Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang artinya
diri yang tidak berdaya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin (2001),
ada tiga pengertian autisme :
1. cara berpikir yang
dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri.
2. menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas.
3. keasyikkan ekstrim dengan
pikiran dan fantasi sendiri.
Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat diketahui
secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan
terjadinya autisme, yaitu: faktor genetik, faktor hormonal, kelainan pranatal,
proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang diderita
sang ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan gangguan pada
perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak terganggu.
Pada sebagian anak gejala autisme sudah nampak semenjak
lahir, namun sebagian pula sempat mengalami perkembangan sebagai anak normal,
dan akhirnya perkembangannya itu berhenti sebelum mencapai usia 3 tahun. Gejala
autis sangat terlihat jelas ketika anak berusia 3 tahun. Hal yang menarik
lainnya dari autisme yaitu gejala ini lebih banyak ditemukan pada anak
laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan perbandingan 3:1.
Teori Psikososial
Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai
penyebab autisme: orangtua yang emosional, kaku, dan obsessif, yang mengasuh
anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan
dingin. Pendapat lain mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan hostilitas
yang tidak disadari dari ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini
mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme. Menurut Bruno
Bettelheim, perilaku orangtua dapat menimbulkan perasaan terancam pada
anak-anak. Teori-teori ini pada 1950-1960 sempat membuat hubungan dokter dengan
orangtua mengalami krisis dan menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada
para orangtua yang telah cukup berat bebannya dengan mengasuh anak dengan
autisme.
Sumber lain menyebutkan Autistic disorder adalah
adanya gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi social dan
komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan.
Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia
kronologis individu. Autistic disorder kadang-kadang dianggap early infantile
autism, childhood autism, atau Kanner’s autism (American Psychiatric
Association, h. 70, 2000). Perilaku autistic digolongkan
dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) dan perilaku yang
deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan
tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar, memukul, dsb. Di sini
juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused). Perilaku
deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit
sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat,
misalnya tertawa-tawa tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.
World Health Organization's International Classification of
Diseases (ICD-10) mendefinisikan autisme (dalam hal ini khusus childhood
autism) sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul
sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang
yaitu interkasi social, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang (World
Health Organozation, h. 253, 1992). WHO juga mengklasifikasikan autisme sebagai
gangguan perkembangan sebagai hasil dari gangguan pada system syaraf pusat
manusia. Autisme dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui pada
minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas social ekonomi
maupun pada semua etnis dan ras. Penderita autisme sejak awal kehidupan tidak
berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa. Delapan puluh persen anak
autis memiliki IQ dibawah 70 (Davison, h. 436-437, 1998) yang bisa digolongkan
juga sebagai retardasi mental.
Akan tetapi autisme berbeda dengan retardasi mental.
Penderita retardasi mental menunjukkan hasil yang memprihatinkan pada semua
bagian dari sebuah tes inteligensi. Berbeda dengan penderita autis, mereka
mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal yang berhubungan dengan bahasa
tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik pada kemampuan
visual-spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term memory yang
baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi. Dahulu dikatakan
autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autisme mempunyai harapan
untuk menjadi normal dengan diberikannya pendidikan yang tepat sedini mungkin,
yaitu pada masa kanak-kanak awal.
C.
Tujuan
· Untuk mengetahui bagaimana dampak pendidikan
terhadap anak-anak autis di SLB
· Untuk mengetahui bagaimana pendidikan berpengaruh
terhadap perkembangan anak autis
Alat dan Bahan
D. Alat
dan Bahan
·
Laptop
·
Reward
·
Kamera
·
Alat tulis
·
Pertanyaan wawancara
E.
Analisis Data
Data didapat dengan melakukan observasi di salah satu
sekolah SLB C terhadap salah satu anak penderita autis yang menjadi fokus
observasi dan wawancara terhadap guru pribadi selama 17 tahun mendidik anak
tersebut. Data dari hasil observasi dan wawancara menjadi sumber dan data ini
yang kami simpulkan.
F.
Objek atau Subjek
Salah satu anak autis di SLB C di kota Medan ( Nama dan
tempat sekolah serta nama anak dirahasiakan karena menjaga privasi Sekolah
tersebut )
G.
Jadwal Pelaksanaan
Bulan
Kegiatan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
juni
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Pemilihan topik
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menentukan Judul
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Membuat Pendahuluan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menentukan Landasan Teori
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Membuat konsep penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Izin Ke Sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Meminta surat izin dari fakultas psikologi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengantar surat ke sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menganalisis data & menarik Kesimpulan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengevaluasi Kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Membuat Poster
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Posting di Blog
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
- Pemilihan
topik
: 15 Maret 2012
- Menentukan
Judul
: 23
April 2012
- Membuat
Pendahuluan
: 25 April 2012
-
Menentukan Landasan
Teori
: 25 April 2012
- Membuat
konsep
penelitian
: 27 April 2012
- Izin Ke Sekolah
: 8 Mei 2012
- Meminta
surat izin dari fakultas psikologi
: 9 Mei
2012
- Mengantar surat
ke
sekolah
: 10
Mei 2012
- Menganalisis
data & menarik Kesimpulan
: 5
Juni 2012
- Mengevaluasi
Kegiatan
: 5 Juni 2012
- Membuat Poster
: 6
Juni 2012
- Posting di
Blog
: 8 Juni 2012
H. Kalkulasi Biaya
Barang yang dibeli
|
Harga
|
· reward
(kue)
|
Rp 40.000
|
· Transportasi
|
Rp 20.000
|
· Poster
|
Rp 7.000
|
Jumlah
|
Rp 67.000
|
PELAKSANAAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2012. Pertama
kali yang kami laksanakan adalah membeli reward berupa kue yang akan kami bawa
ke SLB sekitar pukul 09.30 ke sebuah toko roti, lalu kami menaiki
angkutan umum untuk menuju lokasi, yaitu SLB C. Sekitar 30 menit perjalanan
dengan sedikit perbincangan mengenai perasaan kami yang camour aduk antara
senang dan takut bahwa akan bertemu adik-adik di sekolah SLB, akhirnya kami
sampai di lokasi yang dituju yaitu sekitar pukul 11.00. Suster pengurus SLB menyambut
kami dengan hangat, kami sangat senang sekali akan hal itu, lalu kami diberi
wewenang oleh suster tersebut untuk naik ke kelas anak yang menjadi objek
penelitian oservasi kami.
Sesampainya di kelas tersebut, ternyata anak-anak sedang
istirahat dan hal itu merupakan waktu yang tepat untuk kami melakukan
observasi. Hal pertama kami lakukan adalah menghampiri guru
pendidik yang juga merupakan guru pribadi dari anak yang manjadi objek
penelitian kami yang berada di kelas tersebut, dan menyapa adik-adik yang ada
disana, sungguh satu kesempatan yang berharga sekali melihat senyuman bahagia
dari adik-adik ini. Rasa haru menyelimuti perasaan kami. Setelah itu kami
berkenalan dengan adik yang menjadi fokus utama kami, dia menyendiri, duduk di
dekat jendela, dia tidak mau menatap kami, hanya jika sang guru memanggil
namanya saja dia mau menoleh dan menyahut. Tibalah waktunya untuk kami
mengambil gambar video yang sudah kami persiapkan dengan kemera digital
sebelumnya. Sebagai dokumentasi, kami merekam kegiatan serta
prestasi-prestasinya, contohnya merekam saat dia belajar, berpidato berbahasa
inggris, dia mampu berbahasa dan menghitung yang sangat baik. Bukan hanya
bahasa Inggris namun bahasa internasional lainnya dapat Ia kuasai, selain itu
juga dia mampu mengoperasikan computer dengan sangat baik. Kekaguman kami
bertambah ketika kami mendapatkan informasi mengenai dia dengan melakukan
wawancara dengan guru pribadinya yang sudah selama tujuh belas tahun
mendidiknya, semenjak dia berusia enam tahun hingga sekarag dia berumur dua
puluh tahun guru tersebut menjadi guru pendidiknya. Banyak perubahan drastis
yang terjadi padanya setelah dia sekolah di SLB ini.
Setelah sekitar dua jam melakukan observasi dan wawancara
tiba wakunya kami untuk berpamitan, namun tidak lupa kami meminta adik-adik
serta guru untuk berfoto bersama kami, sebagai kenang-kenangan yang berharga
serta tidak terlupakan bagi kami. Sebagai tanda terimakasih kami terhadap
sekolah serta guru yang bersedia membantu kami ini, kami memberikan sedikit tanda
terimakasih kami yaitu berupa kue, yang kami berikan kepada guru juga suster,
kami juga ingin memberikan kue kepada adik adik dan anak yang kami observasi
namun ternyata tidak sembarangan makanan yang bisa diberikan kepada mereka,
karena makanan mereka sudah diatur dengan baik dan ketat. Dan hal imi
pengalaman sangat berharga bagi kami bisa berinteraksi langsung dengan
adik-adik ini, senyum mereka tidak pernah lepas dari pandangan kami. Dan
mengetahui secara nyata di lapangan bahwa mereka juga bisa berprestasi dan
belajar sperti kita yang normal.
Setelah selesai observasi dari SLB, kami membahas data yang
kami dapatkan lebih lanjut dan membuat kesimpulan dari data yang kami dapatkan
tersebut.
PELAPORAN & EVALUASI
A.
Laporan
Kami melakukan wawancara kepada guru dengan pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimana riwayat hidup
anak autis ini bu ?
2. Bagaimana awalnya ibu dapat
berinteraksi dengan anak ini dan mendidiknya , padahal seperti yang kita
ketahui anak autis sangat antisocial ?
3. Bagaimana cara Ibu mengajar
serta mendidiknya ?
4. Bagaimana kesehariannya
selama di sekolah bu?
5. Apakah kendala yang ibu
hadapi selama mengajarnya?
6. Bagaimana dampak pendidikan
terhadap anak-anak autis di SLB ?
7. Bagaimana pendidikan
yang dia dapatkan di SLB ini ?
8. Apakah tujuan pendidikan
ini untuknya ?
9. Apakah ada pengaruh
pendidikan ini terhadap perkembangan anak autis ?
10. Apakah ada kemungkinan anak ini bisa sekolah di
sekolah normal ?
11. Apakah ada prestasi yang dia miliki selama
sekolah?
Dari wawancara tersebut kami mendapatkan data sebagai
berikut :
Sewaktu ibu anak ini mengandungnya, ibunya mengalami stress,
jadi dapat dikatakan anak ini autis disebabkan faktor genetik, menurut
penuturan Ibu guru pribadi anak ini. Sejak umur tiga tahun anak ini sangat
antisocial, sama sekali dia tidak mau berinteraksi dengan orang disekitarnya,
berbicara pun dia tidak mau sama sekali, akhirnya diketahui anak ini mengalami
autis. Dengan rasa kekhawatiran orangtuanya, anak ini dibawa ke SLB, Ibu Ros
ditunjuk menjadi guru pribadi anak ini, namun bukan hal yang mudah
menangani anak ini, awal pertemuan antara ibu Ros dan anak ini diawali dengan
anak ini menggigit bu Ros, dengan gigitan yang sangat kuat menyebabkan tangan
ibu Ros yang terkena gigitan tersebut berdarah, dan spontan Bu Ros menangis,
lalu melihat bu Ros menangis, anak ini langsung berbicara dan meminta maaf
kepada Bu ros, sungguh suatu keajaiban, bukan hanya untuk orangtua anak ini,
namun juga untuk Bu Ros sendiri. Bu Ros langsung memeluk anak ini dengan sangat
berbahagia, kejadian itu menjadi awal perkembangan pesat anak tersebut, dia
mulai berbicara dengan baik namun hanya kepada orang-orang tertentu, salah
satunya tentunya kepada bu Ros, yang selalu mendampinginya. Dari usia tiga
tahun anak ini dididik oleh ibu ros hingga sekarang telah berumur dua puluh
tahun. Menurut penuturan bu Ros anak ini menderita autisme murni ganda dimana
ia berperilaku :Hyperaktip,epilepsies yang di alami selama 2 detik.
Walaupun ia yang mengalami autism, akan tetapi kemampuan
kognitifnya yang hampir sama dengan anak normal. Anak ini mampu menyerap
pelajaran dengan baik, seperti sudah disebutkan sebelumnya juga, anak ini mampu
berbahasa lebih dari satu bahasa, seperti bahasa Inggris, dia juga dapat
menghapal nama-nama Negara di belahan dunia beserta lagu-lagu nasionalnya, dia
juga akan antusias sekali bila diminta bu Ros untuk berpidato bahasa Inggris
dengan lancarnya. Dan dia juga berprestasi dalam bidang ini, yaitu pernah
menjadi salah satu pemenang pidato bahasa Inggris SLB C se-Sumatera Utara.
Namun bu Ros mempunyai strategi pengajaran yang khusus untuk anak ini, yaitu
seperti yang disebutkan bu Ros, pertama harus menjiwai , mengambil hatinya
dalam arti bisa mendekati dia karena apabila dia sudah senang dan dekat
dengan kita, dia akan menurut dan mau melakukan apa saja hal-hal yang kita
katakan, begitulah cara Bu Ros dalam mengajar anak ini yaitu lebih menekankan
kasih sayang dalam mendidiknya , sehingga anak ini dan bu Ros sangat dekat
sekali, sudah seperti keluarga sendiri. Namun bukan berarti mereka sudah dekat
tidak ada masalah, seperti yang sudah kita ketahui anak-anak ini memiliki
masalah dalam hal emosi, jadi bisa saja anak ini tiba-tiba meluapkan emosinya
yang tidak terkontrol dan bu Rosa mengatasinya degan cara membiarkan emosi anak
ini keluar, dan setelah itu menasehatinya dengan penuh kasih sayang, dan
memberi tahu bahwa hal tersebut tidak baik dilakukan. Sehingga anak ini dapat
bersikap dengan lebih baik. Hal yang paling menakjubkan adalah ketika anak ini
merakit computer sendiri, sesaat setelah ayahnya membeli computer yang masih
berbentuk kerangka, dia langsung merakit computer tersebut, tanpa bantuan orang
lain, sungguh sangat mengagumkan, dia juga langsung dapat mengoperasikan
computer tersebut tanpa belajar dengan siapapun padahal hal tersebut belum
pernah dipelajarinya sesuai dengan teori yang ada bahwa anak-anak ini menyimpan
bakat tertentu.
Keseharian anak ini disekolah sudah sangat baik, setelah dia
mau berbicara akibat kejadian pertama kali bertemu ibu Ros tersebut, dia sudah
lebih baik dalam hal interaksi dengan oran lain, di sekolah dia sudah mau
berbicara kepada teman-temannya, namun dia masih akan diam ketika bertemu orang
yang belum terlalu ia kenal. Pendidikan yang dia dapatkan di sekolah ini yaitu
dengan menempatkan anak sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Anak ini
sudah ditempatkan pada jenjang SMA di SLB ini karena dia sudah lulus melewati
ujian SD, SMP, pelajaran yang di ajarkan juga beragam yaitu semua bidang studi,
hampir sama seperti di sekolah normal, sepeti IPA, IPS, matematika, bahasa,
agama, seni, keterampilan, dan tata cara sederhana dalam kehidupan sehari-hari
misalnya cara mencuci tangan yang benar demi membangun kemandirian anak, banyak
hasil karya kreativitas anak ini dipajang di dinding sekolah, sangat
bagus-bagus sekali, seperti lukisan, sulaman, rumus-rumus dan masih banyak
lagi.
Adapun tujuan dari pendidikan ini sesuai dengan visi
misi dari sekolah menjadikan anak terdidik dan mandiri , menjadikan anak yang
terampil, mampu berinteraksi hingga akhirnya anak-anak ini mampu hidup dan
berguna dalam masyarakat selayaknya orang normal. Sudah jelas
perkembangan pesat yang terjadi pada anak ini setelah dia bersekolah di SLB, dari
interaksi yang sudah membaik, kognitif yang terus berkembang dengan baik pula
ditunjukkan dengan prestasi yang dia raih, dan ingatan yang sangat kuat, dia
mampu mengingat dengan baik kejadian apa saja yang dialaminya, contohnya saja
saat ditanyakan kapan dia menggigit tangan ibu Ros, dia bisa mengingat hari,
tanggal, sampai jam berapa hal itu terjadi dia bisa mengingat padahal kejadian
tersebut sudah 17 tahun yang lalu. Dia juga mengatakan dia ingin melanjutkan
kuliah di luar negeri dan memilih jurusan bisnis, dari hal ini kita bisa tahu
bahwa dia juga memiliki angan serta impian seperti kita, jadi sayang sekali
jika anak-anak ini tidak diberikan pendidikan yang layak, karena jika
dikembangkan dengan baik dan tepat terkait dengan pendidikan yang layak tentunya,
anak-anak ini bisa berprestasi dan sukses karena mereka sama seperti kita, beri
mereka kesempatan yang sama, jangan memandang mereka sebelah mata, mari kita
buka mata hati kita, karena tidak selayaknya mereka diasingkan, mereka selalu
bersikap ramah dan ceria, mereka sama seperti kita, bahkan seharusnya kita
bercermin kepada anak-anak ini.
Desain Poster
B.
Evaluasi
Dalam mengerjakan proyek mini, tidak ada hambatan yang begitu berarti, hanya
saja kami sulit untuk menentukan waktu yang tepat untuk pengerjaan lebih lanjut
setelah dari SLB, karena waktu yang bertabrakakan antar anggota kelompok.
Sehingga sangat lambat dalam penyelesaian, seperti membuat kesimpulan juga
dalam pembuatan poster.
Namun secara keseluruhan berjalan baik, karena dikerjakan dengan kerja sama
yang baik antar anggota dalam kelompok. Saling melengkapi, memberi pendapat
bagaimana baiknya untuk menyelesaikan tugas ini.
C.
Testimoni
Testimoni Kelompok :
Menurut kelompok, proyek mini adalah tugas yang sangat
bermanfaat, memberi pengetahuan, menambah wawasan serta melatih kami untuk
berani terjun ke lapangan, melatih mental kami juga untuk meghadapi dan
berinteraksi dengan masyarakat, khususnya dengan adik-adik yang ada di SLB,
yang merupakan pengalaman yang sangat berharga sekali bagi kami. Dengan adanya
proyek mini membuka mata hati kami bahwa masih banyak hal-hal yang harus kita
ketahui kita pelajari sebagai mahasiswa, yaitu dengan terjun langsung ke
lapangan.
Testimoni Anggota :
· Etika
Mandasari 111301014
Weew,,,,beneran pengalaman yang tak terlupakan tugas pddk3sks yang di berikan
oleh dosen saya dan membuat saya sedikit repot. Tugas mini proyek yang kelompok
kami lakukan adalah mengobservasi ABK di SLB-di kota medan. Pertama kali saya
datang ke SLB,itu lah observasi yang tidak dapat di lupakan,karena saya dan
kelompok saya melihat ank-anak yang sama seperti kami tapi dalam keadaan cacat
mental.Mereka sama seperti anak normal lainnya. Memiliki teman
bermain,belajar,menghadapi ujian.Yang membedakannya hanyala mereka sulit untuk
berkomunikasi dan berinteraksi.Tapi saya benar-benar merasa takjub terhadap
mereka, walaupun mereka mengalami gangguan mental tapi mereka sama seperti anak
lainnya,yang memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi.Semangat belajar
merekapn sangat tinggi. 4 jam lebih kami menunggu mereka untuk melaksanakan
ujian,rasa cape dan bosanpun sekejap luntur,karena kami dapat bermain,belajar
dan mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan adalah mereka tidak pernah
mengeluh.. ‘’ Jangan pernah pandang mereka berbeda,mereka sama seperti
kita.Memiliki semangat,senyuman dan harapan yang tinggi untuk masa depan’’.
Oleh karena itu syukurilah apa yang sudah ada pada diri kita,janngan pernah
mengeluh atas segala sesuatu yang telah kita miliki.Masih banyak teman-teman
kita yang jauh belum beruntung di bandingkan kita…
· Gustina
Handayani Harahap 111301016
Kesempatan yang berharga sekali bagi saya ketika bisa
berinteraksi langsung dengan anak-anak ini, rasa kagum dan haru saya rasakan
ketika melihat senyuman adik-adik yang ada di SLB C ini, keceriaan tidak pernah
luntur dari wajah polos mereka, dan keramahan mereka juga membuat saya betah
disana, hal ini membuka mata hati saya bahwa mereka juga berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Yang jelas, proyek mini sangat bermanfaat bagi saya
selain bisa secara langsung bertemu adik-adik di SLB, dan menambah wawasan
tentunya, kerjasama antar kelompok juga terjalin dengan baik, sehingga tugas
ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun ada kendala, namun sejauh ini bisa
diatasi. Pokoknya proyek mini terasa sekali manfaatny untuk saya.
· Sharfina Fathin Yasin 111301110
Menurut saya tugas ini berguna bagi saya karena saya dapat
bertemu dengan anak-anak yang luar biasa seperti mereka. Saya merasa kalau
mereka itu sama seperti kita yang memiliki cita-cita dan juga angan-angan yang
tinggi.
Daftar pustaka :
Santrock., J.W. (2008). Psikologi
Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media GroupDavison, Gerald
C. 1998. Abnormal Psychology. New York : John Wiley and Sons. Inc
World Health Organization. 1992. The ICD-10 Classification of Mental and
Behavioral Disorder.Genewa : WHO
http://psiko-for-us.web.id/artikel/pendidikan-untuk-anak-autis/
Dokumentasi Kami ^_^