Sabtu, 02 Juni 2012

Pengaruh Warna dalam Ruang Terhadap Kondisi Fisik Manusia | Pengaruh Warna dalam Ruang   Terhadap Kondisi Psikologis Manusia

  Keberadaan warna di alam telah terbukti memberikan pengaruh pada semua makhluk hidup yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, warna merah dan biru adalah dua warna yang paling optimal dalam mempercepat laju fotosintesis pada tumbuhan. Pada hewan, warna membantu membedakan bahan makanan mentah atau matang (buah matang berwarna merah sementara yang masih mentah berwarna hijau).
Secara umum, warna dapat didefinisikan sebagai suatu spektrum yang terdapat di dalam cahaya, di mana identitas dari warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya tersebut. Isaac Newton telah berhasil mendemonstrasikan pergerakan warna dalam bentuk gelombang melalui percobaannya menggunakan sebuah prisma kaca. Saat ia menyinari sebuah prisma kaca dengan cahaya putih, panjang gelombang yang berbeda dibiaskan dengan sudut yang berbeda. Hal ini memungkinkan Newton melihat warna pelangi (spektrum). Ketika cahaya menghantam sebuah objek berwarna, objek tersebut hanya akan menyerap panjang gelombang yang sesuai dengan struktur atomiknya sendiri, kemudian memantulkan gelombang lain yang tidak sesuai. Pantulan inilah yang kemudian ditangkap oleh mata. Dalam retina, gelombang warna akan diubah menjadi sebuah impuls elektrik yang dikirimkan ke hipotalamus, bagian pada otak yang mengatur kerja hormon dan sistem endokrin. Setelah melalui proses ini, tubuh kita akan beradaptasi dengan gelombang warna tersebut.
Selain berpengaruh pada reaksi biologis makhluk hidup, warna juga memberi berbagai pengaruh pada kondisi psikologis manusia. Menurut Hartini (2007), warna memiliki berbagai karakteristik energi yang berbeda – beda apabila diaplikasikan pada tubuh. Pembelajaran mengenai pengaruh warna terhadap perilaku, emosi dan fisik manusia ini dikenal dengan sebutan psikologi warna.
 Psikologi warna banyak diterapkan dalam perancangan interior suatu ruangan. Dalam bukunya yang berjudul Color in Interior Design, John Pile mengatakan bahwa penggunaan warna adalah fokus utama dalam desain interior dan merupakan suatu faktor penting penentu kesuksesan suatu proyek (1997 : 1).  Pemilihan warna yang salah dalam suatu ruangan, dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman atau bahkan membawa dampak buruk bagi kondisi psikologis seseorang, khususnya bagi orang – orang dengan kebutuhan khusus, seperti  penderita cacat mental atau autisme.  Bagi para penderita autisme, pemilihan warna dalam ruangan harus diperhatikan secara jeli. Pemilihan warna dalam ruang ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan mereka, seperti kebutuhan akan rasa aman, nyaman, dan hangat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih warna – warna pastel yang lembut dengan intensitas rendah. Warna – warna gelap dalam sebuah ruangan, akan menimbulkan perasaan takut dan bahkan depresi.
Setiap warna memiliki potensi untuk memberikan efek yang positif maupun negatif pada seseorang. Penggunaan warna berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang akan mempengaruhi tubuh, pikiran, emosi dan keseimbangan dari ketiganya dalam diri manusia. Berikut ini adalah beberapa contoh pengaruh warna terhadap manusia :
1.      Warna merah merupakan warna yang cukup dominan. Penggunaan warna ini pada suatu objek seringkali membuat objek tersebut tampak lebih dekat dari sebenarnya, sehingga mata kita cenderung lebih cepat mengidentifikasi warna merah dalam suatu ruangan. Warna merah memiliki pengaruh besar pada mood pria, karena warna ini menciptakan reaksi yang emosional. Selain itu, warna merah juga banyak mempengaruhi manusia secara fisik seperti meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernafasan, warna ini juga sering dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan, contohnya dalam pengobatan penyakit anemia, tekanan darah rendah atau penyakit kulit . Walaupun dapat memberikan suasana hangat dalam ruangan, warna ini cenderung meningkatkan agresivitas seseorang.
2.      Warna biru memberikan efek yang cenderung menenangkan. Warna ini seringkali diasosiasikan dengan warna langit atau lautan, juga dianggap sebagai warna favorit dunia karena efeknya yang membawa perasaan damai. Warna biru pekat akan menstimulasi pemikiran yang jernih, sementara warna biru muda akan membantu meningkatkan konsentrasi. Warna ini sangat baik dipakai untuk mengatasi sakit tenggorokan, asma ataupun migren.
Di sisi lain, penggunaan warna biru pada ruangan secara berlebihan dapat menimbulkan kesan dingin dan tidak bersahabat, bahkan terkadang membawa perasaan sedih atau depresi.
3.      Warna kuning menimbulkan perasaan ceria dan optimis. Warna ini banyak mempengaruhi manusia secara mental dan emosional. Penggunaan warna ini secara tepat dalam ruangan, menimbulkan kesan bersahabat dan seringkali membantu meningkatkan kreativitas seseorang. Warna ini sangat cocok dipakai untuk menetralkan rasa gugup, karena cenderung meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Walaupun demikian, penggunaan warna kuning hendaknya dikombinasikan dengan warna – warna lain, karena memiliki kecenderungan untuk memancing terjadinya perdebatan.
4.       Warna hijau membawa kesan yang menyegarkan karena diasosiasikan dengan alam dan tumbuhan. Warna hijau memberikan rasa aman, juga keseimbangan dan harmoni. Warna ini cocok digunakan dalam ruangan peristirahatan karena membawa perasaan damai dan ketenangan. selain itu, warna ini juga dipercaya dapat memperbaiki pengelihatan seseorang. Namun demikian, terlalu banyak warna hijau dalam suatu ruangan dapat menimbulkan kebosanan.
5.      Warna oranye merupakan hasil pencampuran warna merah dan kuning. Dengan adanya kombinasi dua warna tersebut, warna oranye mempengaruhi manusia baik secara fisik maupun mental. Warna oranye dapat meningkatkan nafsu makan dan memberikan kenyamanan, sehingga sangat cocok digunakan di ruang makan atau ruang keluarga. Selain itu, warna ini membawa perasaan hangat dan menyenangkan. Dalam terapi pengobatan, warna oranye dipakai untuk mengatasi kelainan ginjal atau paru – paru, juga mengobati bronkhitis. Dampak negatif dari penggunaan warna ini secara berlebihan adalah menyebabkan berkurangnya tingkat keseriusan dalam belajar atau bekerja.
6.      Warna hitam memberikan kesan yang glamor dan elegan. Selain itu, warna ini juga menciptakan suasana yang cenderung serius dalam suatu ruangan. Warna hitam juga sering dipakai untuk menekan nafsu makan yang berlebihan, misalnya dengan cara melapisi meja dengan taplak berwarna hitam. Dalam konotasi yang negatif, warna ini menimbulkan ketakutan akan gelap atau perasaan tidak aman.
7.      Warna putih melambangkan kemurnian atau kesucian. Warna ini banyak digunakan di rumah sakit karena memberikan kesan higienis dan steril. Secara visual, penggunaan warna ini pada suatu ruangan akan memberikan ilusi bahwa ruangan tersebut lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Penggunaan warna putih secara berlebihan cenderung memberi kesan tidak ramah.
8.      Warna merah muda merupakan hasil pencampuran warna merah dan putih. Warna ini melambangkan sifat yang feminim dan memberikan kesan santai. Namun faktanya, warna ini juga seringkali membuat orang merasa lesu dan kurang bersemangat. Dampak negatif dari warna merah muda ini sering dimanfaatkan dalam bidang olahraga. Dalam sebuah pertandingan, seringkali warna merah muda digunakan dalam ruang ganti lawan dengan tujuan untuk menekan semangat dari tim lawan.
9.      Warna cokelat terdiri dari warna merah, kuning dan hitam. Sama seperti warna hitam, cokelat juga menimbulkan kesan yang serius, tetapi warna cokelat lebih menonjolkan sisi lembut dan kehangatan.
10.  Warna ungu memberikan kesan mewah dan seringkali dikaitkan dengan kerohanian. Warna ini juga dapat mendorong manusia untuk melakukan perenungan atau meditasi. Selain itu, warna ini juga sering digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri seseorang dan mengurangi rasa putus asa.
Selain warna – warna spesifik (hue) yang telah disebutkan di atas, dimensi warna yang lain seperti intensitas ( chroma), value,dan temperatur warna juga turut berperan dalam mempengaruhi kondisi psikologis manusia. Komposisi warna dengan value yang kontras akan meningkatkan ketelitian dan objektivitas. Sementara komposisi warna – warna gelap akan menimbulkan kesan yang misterius atau rasa takut. Warna – warna dengan intensitas yang tinggi terlihat menarik dan memicu terjadinya aktivitas.
Selain terbagi atas warna primer, sekunder dan tersier, warna juga digolongkan sesuai dengan ‘temperaturnya’. Komposisi dari warna yang bersifat dingin (cool colors) seperti biru, menimbulkan perasaan tenang dan damai, tetapi juga dapat menimbulkan kesedihan. Sementara itu, komposisi warna – warna hangat (warm colors) seperti merah atau oranye menimbulkan perasaan nyaman dan gembira.
    “Berdasarkan pengamatan yang cukup kuat, ditemukan bahwa pembagian spektrum ke warna – warna hangat maupun dingin memiliki makna yang sangat jelas dan sederhana dengan referensi kepribadian manusia.Memang, meskipun simpulan yang didapat sebagian besar bersifat empiris, warna hangat dan dingin memiliki kualitas yang dinamis, kehangatan menandakan interaksi dengan lingkungan, kesejukan menandakan penarikan diri ke dalam pemikiran.”(Birren, 1955)
T
he rather strong observation is to be made that division of the spectrum into warm and cool colors holds very evident and simple meaning with reference to human personality. Indeed, though the conclusion may be largely empirical, warmth and coolness in color are dynamic qualities, warmth signifying contact with environment, coolness signifying withdrawal into oneself of thought or deliberation.
     Walaupun manusia cenderung merespon warna dengan cara yang sama, namun efek psikologis yang dialami setiap orang karena pengaruh warna tidak mutlak sama persis.
      “ Penjelasan mengenai fenomena psikologis dan fisik tidak selalu mudah – dan memang tidak penting. Dalam diri manusia, terdapat banyak hal aneh dan misteri yang tidak dapat dijelaskan  berkaitan dengan warna.” (Birren, 2010 : 199).
(Explanation on psychological and physical phenomena are not always easy – and indeed unnecessary. There are in man many strange and inexplicable mysteries regarding color) Perbedaan respon yang diberikan manusia ini disebabkan karena berbagai faktor, seperti beragamnya tingkat pengelihatan yang dimiliki setiap orang. Selain itu, latar belakang budaya yang berbeda juga seringkali menjadi penyebab keberagaman respon manusia. Kebudayaan seringkali mempengaruhi persepsi seseorang terhadap warna – warna tertentu. Contohnya, warna putih yang sering diasosiasikan dengan kesucian, dalam kebudayaan Barat banyak digunakan dalam upacara pernikahan. Sementara itu, dalam kebudayaan di Asia, warna lambang kesucian ini digunakan sebagai simbol kematian. Selain faktor – faktor tersebut, pengalaman seseorang juga menjadi aspek pertimbangan penting dalam pemilihan warna ruangan. Beberapa warna mungkin diasosiasikan dengan memori atau pengalaman di masa lalu (misalnya, warna hijau mengingatkan seseorang tentang kampung halamannya)
.




 [sumber;valensprana.blogspot.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar