Membaca Wajah :
Menerka Karakter dan Kepribadiannya
Wajah adalah salah satu
ciri manusia yang paling menonjol, paling dikenal, dan paling diingat. Seperti
juga kepribadian manusia, maka wajah manusia itu bersifat spesifik dan
individual yang berbeda antara masing-masing individu.
Secara sadar atau tidak,
kita semua seringkali menilai wajah orang-orang yang kita temui. Kesan wajah yang
mencerminkan kejujuran, wajah penipu, wajah licik, wajah penakut, wajah
pemberani, wajah penuh kasih sayang, wajah penuh kebengisan, dan kesan lainnya,
biasanya merupakan kesimpulan yang kita dapatkan dari kesan pertama perjumpaan
kita.
Akan tetapi, seringkali
pula kita ternyata salah dalam mengambil kesimpulan awal yang kita dapatkan
secara seketika berdasarkan naluri semata tanpa penelaahan lebih lanjut.
Dibalik wajah ada lebih dari seratus otot yang terletak dibawah permukaan
kulit, menyebar di sekitar empat belas tulang, dan otot-otot inilah yang
mengendalikan dan menggerakkan cerita tentang wajah manusia.
Membaca wajah atau
penafsiran karakter dan kepribadian seseorang dari ciri wajah sudah ada sejak
zaman dahulu. Sejak zaman Romawi, bahkan beberapa literatur menunjukkan bahwa
sejak jauh hari sebelumnya teknik ini telah berkembang pesat di China.
Saat ini telaah mendalam untuk membaca sifat seseorang melalui pembacaan wajah
disebut ilmu Fisiognomi yang termasuk pencabangan didalam ilmu Psikologi.
Setiap wajah akan
memberikan sebuah cerita yang hampir setara dengan sebuah cerita novel.
Ada cinta, harapan, persahabatan, iri hati, kelicikan, ketamakan, ambisi,
kesombongan, dan tak ketinggalan juga dalam soal seks. Semua itu dapat terbaca
dan terangkum dalam wajah siapa saja setiap individu yang kita temui pada
setiap harinya.
Kita mungkin akan
terkejut jika melihat potret hasil gabungan potongan sisi kiri wajah kita yang
disambungkan dengan potongan sisi kiri wajah kita dibandingkan dengan potret
yang menggabungkan potongan sisi kanan wajah kita digabungkan dengan potongan
sisi kanan wajah kita.Kita kemungkinan besar akan mendapatkan satu wajah dari
satu individu yang ternyata mempunyai dua wajah yang sangat berbeda
ekspresinya.
Bisajadi kita akan mendapati
potret wajah gabungan sisi kiri-kiri yang menampilkan ekspresi bersahabat dan
ceria, sedangkan potret wajah gabungan sisi kanan-kanan yang menampilkan
ekspresi bengis dan culas.
Bisajadi potret wajah
hasil gabungan sisi kiri-kiri menyiratkan ekspresi sifat pemurung dimana hal
itu ditutupinya dengan mencoba menampilkan kepada sekelilingnya ekspresi wajah
gembira seperti yang terlihat dari potret wajah hasil gabungan sisi
kanan-kanan.
Lantas, apa yang bisa
kita pelajari dari ekspresi wajah yang asimetris atau ekspresi wajah yang
berbeda dari potret wajah gabungan sisi kiri-kiri dan potret wajah gabungan
sisi kanan-kanan itu ?.
Charles Dickens dalam
bukunya yang berjudul Martin Chuzzlewit, mengemukakan konsep konflik
emosi yang tampak di wajah seseorang. Kontradiksi atau konflik emosi ini akan
semakin jelas dan mudah terlihat dari citra kontras yang tercipta dari sisi
kiri wajah dan sisi kanan wajah seseorang.
Pakar yang lainnya lagi,
Dr. Martin Skinner, pengajar ilmu psikologi di universitas Warwick Inggris,
beserta Dr. Brian Muller, pengajar di universitas Syracuse New York Amerika
Serikat, juga telah menganalisis sebuah temuan dari empat belas studi pokok
tentang citra wajah dan asimetris wajah. Satu temuan yang menyimpulkan bahwa
sisi kiri sebuah wajah jauh lebih ekspresif dibandingkan sisi kanannya.
Sisi kiri wajah yang
dipengaruhi oleh bagian hemisfer kanan otak ini merefleksikan emosi dan
sikap dasar kepribadian seseorang. Beberapa kalangan mengatakan, sisi kiri
wajah yang disebut sisi aspek sinister ini merupakan sisi pribadi yang
paling mendasar dari seseorang.
Sedangkan sisi kanan
wajah yang dipengaruhi oleh bagian hemisfer kiri otak ini merefleksikan
hasil reaksi yang terkendali. Ibarat papan iklan, sisi kanan wajah adalah citra
yang ingin diperlihatkan seseorang kepada dunia sekitarnya. Sebuah topeng
sosial dimana seseorang berusaha menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya.
Ketidakseimbangan antara
sisi kanan wajah dengan sisi kiri wajah ini dapat menampilkan tanda-tanda
khusus yang memberikan informasi lebih lanjut bagi pengenalan apek kepribadian
seseorang.
Semakin simetris ekspresi
wajah seseorang akan semakin jujur dan semakin jelas emosi dan perasaan yang
diperlihatkannya. Sedangkan semakin asimetrik ekspresi wajah seseorang akan
semakin besar kemungkinan kepura-puraan dan semakin jelas adanya pengendalian
emosi dan perasaan dipaksakan yang ingin ditampilkan dan diperlihatkannya
kepada sekelilingnya.
Seperti juga halnya
dengan animasi singkat yang menampilkan ekspresi wajah yang berbeda dari potret
hasil gabungan sisi kiri-kiri dan potret hasil gabungan sisi kanan-kanan, yang
dapat mengungkapkan keadaan karakter dasar dan kepribadian seseorang.
Begitu pula jika dalam
bertatap muka langsung dengan seseorang, kita didapati perbedaan kebiasaan pada
kedua sisi ekspresi wajahnya itu maka dapat pula menunjukkan dasar kontradiksi
dalam kepribadian seseorang itu.
Mungkin seseorang dapat
menyesuaikan ekspresi wajah untuk mengelabuhi atau untuk menarik simpati, namun
hal itu cepat atau lambat akan tampak yang sesungguhnya kendati sudah
sedemikian keras berusaha ditutup-tutupinya.
Bagi pembaca wajah yang
sudah panjang jam terbangnya serta melakukan upaya khusus dan kejelian untuk
menyadari asimetris wajah seseorang, maka tanda-tanda yang mampu bercerita itu cepat
atau lambat akan muncul walau hanya dalam beberapa detik saja.
Salah satu misal, jika
kita ingin mengetahui apakah sebuah hadiah yang kita berikan itu benar-benar
membuat dia bahagia, maka perhatikanlah sisi kiri wajah penerima hadiah itu.
Tidak mudah memang, semua membutuhkan upaya khusus disertai latihan dan
kejelian.
Kesulitan akan timbul
karena mata kiri amat dipengaruhi oleh hemisfer kanan otot, maka
biasanya mata kiri yang paling banyak menerima dan mencatat secara lebih tepat.
Mata kiri yang berlawanan
arah dengan mata kanan orang yang didepannya akan memperhatikan hampir segala
sesuatu yang dikatakan sisi kanan wajah orang yang berada didepannya. Padahal
sisi kanan wajah seseorang adalah wajah yang akan menampilkan ekspresi yang
terkendali, bukan perasaan yang sesungguhnya.
Hal lainnya bagi pengamat
wajah yang sudah berpengalaman, ketidakseimbangan antara kanan dan kiri juga
dapat memberikan informasi lebih lanjut apabila sesorang diberikan pertanyaan
yang memerlukan pemikiran sejenak sebelum menjawab.
Telaah yang dilakukan
oleh beberapa pakar di Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka yang cenderung
memalingkan wajah sebelum menjawab pertanyaan maka dari kebiasaannya itu akan
dapat tersirat aspek penting dari kepribadian dan kecerdasannya.
Mereka yang berpaling ke
arah kanan berpotensi besar untuk lebih berhasil di bidang Matematika dan Ilmu
Sains. Hal itu diperoleh dari kenyataan bahwa hemisfer kanan otak
biasanya lebih menonjol untuk konsep ruang dan musik serta proses pemikiran
analogis.
Sedangkan mereka yang
berpaling ke arah kiri menyiratkan potensi untuk lebih berhasil di bidang Seni
dan Ilmu Sosial. Hal itu diperoleh dari kenyataan bahwa hemisfer kiri
otak biasanya lebih menonjol di bidang ekspresi verbal dan penalaran.
Ekspresi wajah yang
menyiratkan emosi terpendam yang ada didalamnya, salah satunya juga dapat
terlihat dari sebuah senyuman. Kendati senyuman kadang adalah sebuah upaya
berkomunikasi dengan orang lain untuk menunjukkan perasaan senang dan gembira,
namun senyuman juga dapat berarti sebuah sinyal yang dilontarkan bahwa
seseorang itu tidak ingin mengambil satu sikap tertentu.
Hal lain yang tak dapat
dikesampingkan bahwa senyuman itu erat katiannya dengan budaya. Di Indonesia
mungkin senyuman berarti perlambang rasa bahagia atau bisajadi ekspresi untuk
menutupi kemarahan, sementara itu di Jepang, Thailand,
Cina Korea, tersenyum juga sebuah ungkapan rasa bungung, malu, bahkan
kesedihan.
Senyuman orang Jepang,
terutama wanitanya jika dikaitkan dengan budaya kaum Samurainya -seperti juga
wanita Sparta- mengungkapkan rasa sedih merupakan tindakan serius yang
melanggar kode kehormatan Samurai, mereka dituntut mengungkapkan rasa
gembira ketika mendengar pahlawan mereka gugur di medan perang.
Ciri khas senyuman memang
berbeda-beda antara budaya bangsa yang satunya dengan yang lainnya, dan memang
tidak semua senyuman itu hangat. Semisal senyuman dengan gigi yang menyeringai,
ini merupakan ekspresi khas kaum Yahudi yang sangat dikenal
diseluruh dunia.
Mereka yang senang menyitir
kata-kata Shakespeare akan mengatakan, saya tersenyum dan membunuh secara
bersamaan.
Lain ladang lain
belalang, pada beberapa budaya bangsa yang lainnya lagi, senyuman kepada lawan
jenis bahkan ada yang merupakan undangan dan ajakan untuk bermain cinta,
apalagi jika disertai tatapan mata mengundang dan ujung lidah bergerak menjilat
bibir atas secara perlahan. Namun demikian, dalam senyuman ada beberapa
dasar-dasar tertentu yang mungkin dapat dijadikan pedoman yang berlaku
universal.
Senyuman tanda gembira
yang tidak disertai dengan mata yang tersenyum dan kadang-kadang bahkan justru
disertai dengan tatapan mata yang dingin dan keras, dapat dipastikan itu adalah
sebuah senyuman yang palsu atau yang pura-pura.
Seperti halnya senyuman
pura-pura, begitu pula ada tawa yang terpaksa. Tawa yang tidak diikuti oleh
otot mata yang bergeraksehingga mata tampak kosong dan tanpa ekspresi, maka
terimalah itu sebagai penghormatan dari seseorang yang ingin menjaga perasaan
anda dan menyenangkan anda serta tidak ingin anda tersinggung walaupun
sesungguhnya lelucon anda sama sekali tidak lucu.
Bangsa Korea dan
Cina mempunyai kata-kata peringatan tentang keterlibatan otot dalam tertawa,
berhati-hatilah terhadap seseorang yang otot perutnya tidak bergerak sewaktu
tertawa.
Membaca wajah tak hanya
membaca ekspresinya saja, ada banyak sekali tanda-tanda lain di wajah yang
dapat menyiratkan potensi yang dimilikinya.
Alis mata yang keriting
misalnya, tanda ini biasanya menyiratkan potensi cara berfikirnya yang kurang
sistematis.
Bibir atas menyiratkan
potensi kemampuan untuk mencintai, sedangkan bibir bawah menyiratkan potensi
seberapa banyak ingin dicintai.
Maka pemilik bibir atas
yang lebih tebal dan besar dibandingkan dengan bibir bawahnya, biasanya
menyiratkan adanya potensi untuk mencintai tetapi tidak terlalu butuh dicintai,
gawatnya bisajadi berpotensi untuk tertarik dengan sejumlah affair diluar
perkawinannya.
Bibir atas yang sangat
menonjol kedepan, akan tetapi bukan dikarenakan giginya yang tongos,
menyiratkan potensi hasrat seksualnya yang membara.
Bentuk mulut rupanya juga
menyiratkan hal lain yang berhubungan dengan seksualitas. Bentuk mulut
yang lebar menyiratkan potensi hasrat seks yang besar, namun sayangnya jarang
mendapatkan pasangan yang mampu mengimbanginya, sehingga sering kecewa karena
pasngannya telah klimaks mendahului dirinya.
Filtrum yaitu celah vertikal yang menghubungkan dasar hidung dengan
ujung bibir atas, tanda ini menyiratkan potensi selera seksualnya. Rata-rata filtrum
berukuran setengah inchi, ukuran yang tak melebihi ukuran rata-rata menujukkan
pemiliknya mempunyai potensi selera seks yang wajar dan normal saja seperti
ukuran kebanyakan orang. Sedangkan yang mempunyai ukuran filtrum yang
lebih lebar dari ukuran rata-rata, biasanya menyiratkan potensi selera dan
dorongan seksual yang cenderung besar atau melebihi rata-rata kebanyakan orang.
Dagu juga menyiratkan
sesuatu, dagu yang ditengahnya terdapat lingkaran tebal berdimensi tiga
menyiratkan potensi kenikmatan seksual merupakan prioritas teratas dari dari
seluruh daftar hal-hal yang paling disukainya.
Tampilan mata juga dapat
menyiratkan potensi seksualnya, mata yang agak naik keatasjuga sering
dihubungkan dengan potensi sensualitasnya. Bisajadi karena ini maka banyak kaum
wanita yang dengan bantuan kosmetik, pensil alis dan pewarna mata, seringkali
suka merubah penampilan matanya.
Namun tak hanya soal seks
dan sensualitas saja, membaca wajah juga berarti mengungkap siratan potensi
kecerdasan pemikiran seseorang.
Pada telinga umpamanya,
zona atas telinga menyediakan data potensi kecerdasannya, zona atas yang sangat
besar menyiratkan bakat untuk pemikiran logika dan abstrak.
Alis mata yang
bersambung, ciri ini kadangkala dihubungkan dengan potensi kemalasan dan
konsentrasi yang tidak merata serta kurang suka menggunakan bakat berfikirnya.
Tak habis-habisnya orang
berspekulasi tentang detail pembahasan tanda-tanda potensi seseorang itu.
Demikian pula tiada habis-habisnya orang berspekulasi tentang sosok Monalisa
yang sangat kesohor dengan senyumannya itu, siapakah dia sebenarnya dan
bagaimanakah kepribadiannya.
Senyum Monalisa yang
sudut kiri mulutnya sedikit melengkung keatas menyiratkan potensi suka
melecehkan bilamana dia marah. Oleh Sigmund Freud, senyumannya ini diartikan
sebagai kombinasi yang kontras antara kelembutan yang tiada banding dengan
sensualitas yang tanpa ampun.
Bibir atasnya yang
menutupi bibir bawahnya menyiratkan potensi seperti yang dikatakan Sigmund
Freud tadi, potensi dorongan nafsu seksualitas yang kuat. Namun, ditambah
dengan lekukan kecil berbentuk huruf V diujung bawah bibir atasnya, sekaligus
juga peringatan buat pasangannya, ada potensi kuat -bisajadi- sulit untuk
selalu tetap setia.
Bentuk rahang yang turun
lurus dan panjang membulat menyiratkan karakter yang kuat dan optimisme yang
tinggi, suatu kombinasi yang cocok untuk berkarier dibidang sales dan
marketing. Akan tetapi, lubang hidungnya yang jelas sewaktu wajahnya dipandang
dari depan, justru menyiratkan adanya potensi kurang menghargai uang alias
boros.
Garis batas rambutnya
yang mulus dan bulat melengkung, menyiratkan tanda adanya potensi bukan sebagai
teman yang dapat diandalkan alias plin-plan.
Hidungnya yang lurus dan
panjang disertai pangkal hidung yang tinggi, meyiratkan kecerdasannya dan teman
bicara yang memukau.
Namun ada yang
mengerikan, dua matanya yang persis sama namun sipit dan berbentuk lonjong,
menyiratkan potensi cemburunya yang amat besar, seakan ingin mengatakan ia akan
tak segan-segan berbuat apapun terhadap wanita lain yang berani-berani mencoba
merebut kekasihnya dari dekapannya.
Sumber ; www.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar